pendekatan dan peningkatan membaca sastra
PENDEKATAN DAN PENINGKATAN MEMBACA SASTRA
TINGKAT SD (Sekolah Dasar)
Makalah
Diajukan
untuk Memenuhi Syarat Ujian Akhir Semester (UAS)
Mata
Kuliah Membaca Lanjut
Oleh Wilda Fizriyani
NIM 1110013000072
![]() |
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012
Dalam kehidupan sekolah, sastra
merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia di berbagai tingkat sekolah.
Hal-hal yang dibahas dalam mata pelajaran itu berupa pemahaman puisi, cerpen,
novel, drama dan lain sebagainya.Pemahaman yang dianalisis itu menggunakan
penganalisisan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya.
Pemahaman sastra sangat berkaitan erat sengan
keterampilan membaca.Karena tujuan membaca adalah menemukan dan mengetahui
hal-hal yang menarik serta memahami isinya. Maka, jika ada seorang pembaca
dapat mengenal dan mengerti seluk-beluk bahasa dalam suatu karya akan semakin
mudahlah untuk memahami isi serta menikmati keindahannya.
B.
Pengertian
Membaca Sastra
Sastra berasal dari bahasa sansekerta yang dibentuk dari akar kata sas
yang artinya mengajarkan, mengarahkan atau memberi petunjuk.Kata sas
kemudian ditambah dengan kata tra yang artinya alat atau sarana.Bila
diartikan secara bebas, maka kata sastra berarti alat atau sarana untuk memberi
petunjuk.Lalu secara harfiah sastra berarti huruf, tulisan atau karangan.[1]Jadi,
berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan alat
untuk member petunjuk dalam karangan yang menggunakan bahasa yang indah dan
memiliki fungsi tertentu bagi pembacanya.
Membaca sastra adalah membaca estetis atau membaca indah yang
tujuan utamanya adalah agar pembaca dapat menikmati, menghayati, dan sekaligus
menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam teks sastra.[2]Selanjutnya
pengertian membaca sastra (literary reading)
juga merupakan membaca yang bercermin pada karya sastra dari keserasian,
keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.[3] Oleh
karena itu, membaca sastra dapat diartikan sebagai proses membaca dan nmemahami
suatu bacaan sastra dengan melihat unsure intrinsik dan ekstrinsiknya seperti
dalam puisi, cerpen, novelet, novel, drama dan sebagainya.
C.
Pendekatan
Membaca Sastra
Dengan mengkaji karya sastra, pembaca akan lebih dalam mengenal
karya tersebut dari berbagi segi, tidak hanya karyanya akan tetapi dengan
kajian itu pambaca dapat mengetahui hal-hal lain diluar karya itu yang dapat
menambahkan pengetahuannya.[4]Oleh
karena itu, sangatlah perlu dilakukan bagi pembaca maupun peneliti sastra untuk
menelusuri dan mempelajari seluk-beluk sebuah karya sastra agar bisa memperoleh
pengetahuan yang dibutuhkan dan diminati oleh pembaca selama ini dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan.
Untuk mengkaji sebuah karya sastra,
cara yang kebanyakan digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan. Adapun pendekatan
yang digunakan menurut Abrams terdiri atas 4 pendekatan yaitu pendekatan
Ekspresif, Mimetik Pragmatik, dan Objektif.[5]
a. Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang digunakan oleh peneliti
sastra maupun pembaca dengan melihat sosok pengarangnya seperti perasaan,
pandangan, dan biografinya.Hal ini juga sepadan dengan pendapat yang
dikemukakan Abrams bahwa pendekatan ekspresif merupakan pendekatan dalam kajian
sastra yang menitikberatkan pada kajian ekspresi dan perasaan penulis.[6]Pendekatan
ini juga melihat dan mencari fakta-fakta tentang watak khusus dan
pengalaman-pengalaman sastrawan secara sadar atau tidak telah membukakan
dirinya dalam karya tersebut.[7]
b. Pendekatan Mimetik
Pendekatan
mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya
terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra.Pendekatan
yang memandang karya sastra sebagai imitasi dari realitas (Abrams 1981:189).Pendekatan
ini juga menempatkan karya sastra sebagai:
1.
Produk peniruan kenyataan yang diwujudkan secara dinamis,
2.
Representasi kenyataan semesta secara fiksional,
3.
Produk dinamis yang kenyataan di dalamnya tidak dapat dihadirkan
dalam cakupan yang ideal,
4.
Produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas
kenyataan.[8]
Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
pendekatan mimetik adalah pendekatan yang digunakan peneliti maupun pembaca
sastra dengan melihat keadaan, kondisi maupun situasi sebenarnya yang
menyelimuti dan mengisi sebuah karya sastra sebagai bahan untuk penulusuran
keadaannya.
c.
Pendekatan
Pragmatik
Pendekatan
pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada peranan
pembaca dalam menerima, memahami dam menghayati karya sastra.Pembaca sangat
berperan dalam menentukan sebuah karya itu merupakan karya sastra atau bukan.[9]Senada
dengan pendapat itu, (Suyitno 2009:22) mengemukakan bahwa pendekatan pragmatik
adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk mencapai
tujuan dan untuk mencapai efek pada pembaca.Pendekatan pragmatik juga
memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca.Pendekatan ini memberikan
perhatian pada fungsi pembaca. Pendekatan pragmatis mempertimbangkan
perananan pembaca melalui berbagai
kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka
masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis di antaranya
berbagai tanggapan masyarakat atau peneriman pembaca tertentu terhadap sebuah
karya sastra.[10]Jadi,
berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
pragmatik adalah kajian tentang hubungan karya sastra dengan pembaca.
d.
Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif adalah
pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra.[11]
Jadi, pendekatan objektif adalah pendekatan yang lebih menekankan unsur-unsur
pembangun dari karya itu sendiri seperti tema, alur, latar, tokoh, penokohan,
sudut pandang dan gaya bahasa.
Konsep
dasar pendekatan ini adalah karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri
dari bermacam-macam unsur pembentuknya. Antara unsur-unsur pembentuknya ada jalinan erat (koherensi). Tiap
unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya melainkan maknanya ditentukan
oleh hubungan dengan unsur-unsur lain yang terlibat dalam sebuah situasi. Makna
unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami sepenuhnya atas dasar tempat
dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.[12]Maka dari itu, dengan melihat struktur
pembentuk di dalam karya sastra sehingga dapat menilai apakah karya itu
memiliki nilai lebih atau tidak.
D.
Upaya
Peningkatan Membaca Sastra Tingkat SD
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan minat membaca sastra pada siswa sekolah dasar adalah sebagai
berikut.
a.
Memilih karya sastra sederhana yang
kata-katanya mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa.
b.
Gambar-gambar dan symbol-simbol yang
beraneka ragam bentuk dan warna sangat berpengaruh sekali untuk meningkatkan
minat membaca siswa.
c.
Berikan karya sastra pada siswa yang
mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak, yang dapat dilihat serta
dipahami melalui mata anak-anak.[13]
Berdasarkan
pemaparan di atas dapat dirumuskan mengenai upaya peningkatan minat membaca
sastra tingkat SD yatu dengan memberikan stimulus yang menarik dalam sebuah
karya sastra, seperti gambar, warna, bentuk dan tulisan menarik. Dengan begitu,
ada kemungkinan besar anak-anak akan mulai tertarik untuk membaca sastra.
Sedangkan cara untuk meningkatkan
keterampilan membaca sastra pada siswa sekolah dasar menurut Livestrong yaitu sebagai
berikut.
a. Menyediakan berbagai barang yang membantu, seperti
buku-buku yang menarik (buku bergambar).
b. Mengajak anak ke perpustakaan. Di tempat ini anak-anak
memiliki pilihan buku yang lebih banyak, sehingga lebih memotivasi dirinya
untuk membaca.Selain itu suasana di perpustakaan juga turut mendorong anak
untuk ikut serta membaca.
c. Membacakan buku untuk anak. Membacakan buku untuk anak
dengan suara keras bias menjadi salah satu cara paling efektif untuk membantu
meningkatkan membaca siswa. Hal ini juga memungkinkan untuk anak mencoba
membaca sendiri, karena baginya hal ini cukup menyenangkan.
d.Menjadikan suatu permainan. Dengan demikian suasana
membaca lebih menyenangkan dan menarik bagi anak.
e. Menyanyikan lagu-lagu. Dengan cara ini anak akan belajar
untuk menghubungkan antar huruf dan suara yang dibuatnya. Bernyanyi sambil
bertepuk tangan mengikuti irama lagu juga dapat mendorong pemahaman kata-kata
tersebut.
f. Menyediakan tempat khusus untuk membaca.
h. Biarkan anak untuk mencoba menulis. Menulis juga bisa
meningkatkan mmembaca anak, karena sambil belajar untuk menggabungkan antar
huruf untuk membentuk suatu kata atau kalimat.Kegiatan ini juga membantu
meningkatkan keterampilan menulis anak.
i. Mengajak anak untuk membaca bersama. Kondisi ini akan
semakin memotivasi anak untuk belajar membaca.[14]
Secara kesuluruhan dapat disimpulkan
bahwa upaya untuk meningkatkan keterampilan membaca sastra tingkat SD itu
dengan memberikan fasilitas yang cukup sebagai bahan peningkatan membaca
sastra.Selain itu, guru juga menjadi factor utama dalam kegiatan ini karena
dibutuhkannya kekreatifan guru untuk mengefektifkan siswanya.
E.
Manfaat
Membaca Sastra di SD
Manfaat
membaca sastra bagi anak-anak( Tarigan, H., G., 1995 : 8 ).
a.
Sastra memberi kesenangan,
kegembiraan, dan kenikmatan kepada anak-anak.
b.
Sastra dapat mengembangkan imajinasi
anak-anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan,
pengalaman, atau gagasan dengan/dalam berbagai cara.
c.
Sastra dapat memberikan
pengalaman-pengalaman aneh yang seolah-olah dialami sendiri oleh sang anak.
d.
Sastra dapat mengembangkan wawasan
sang anak menjadi perilaku insani.
e.
Sastra dapat menyajikan serta
memperkenalkan kesemestaan pengalaman atau unuversalia pengalaman kepada sang
anak. Huck, Hepler & Hickman 1987 : 6-10 ( Tarigan, H., G., 1995 : 8
).
f.
Sastra merupakan sumber utama bagi
penerusan atau penyebaran warisan sastra kita dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Norton 1988 : 5 ( Tarigan, H., G., 1995 : 8 ).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa manfaat membaca sastra dalam usia anak SD adalah meningkatkan
daya imajinasi anak saat menemukan cerita yang mampu menstimuluskan
imajinasinya dengan baik. Selain itu, membaca sastra mampu memberikan
pengetahuan, pendidikan, dan hiburan saat membaca. Oleh karena itu, sangatlah
baik jika anak dikembangkan keterampilan
dan minat membaca sastranya karena dapat memperoleh manfaat yang cukup baik
untuk perkembangan anak.
F.
Kesimpulan
a. Sastra merupakan alat untuk memberi
petunjuk dalam hal karangan yang menggunakan bahasa yang indah dan memiliki
fungsi-fungsi tertentu bagi pembacanya
b. Membaca sastra adalah membaca dan memahami
suatu bacaan sastra dengan melihat unsure-unsur intrinsik dan ekstrinsiknya
seperti di dalam puisi, cerpen, novelet, drama, novel dan sebagainya
c. Untuk mengkaji sastra yang digunakan
adalah pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik dan
pendekatan objektif
d. Upaya meningkatkan keterampilan
membaca sastra adalah dengan memberikan stimulus yang menarik dalam isi cerita
dan kekreatifan guru dalam mengelola dan mengefektifkan siswa dalam membaca
sastra
e. Manfaat membaca sastra bagi siswa SD
adalah mampu memberikan daya imajinasi lebih tinggi, pendidikan, hinuran maupun
pengetahuan
Daftar Pustaka
Anonim. “Pendekatan Dalam
Penelitian Sastra”. Diakses http://massofa.wordpress.com/2011/10/18/pendekatan-dalam-penelitian-sastra/ diunduh pada tanggal 20 mei 2012 jam 19:48.
Endah Tri Priyatni.Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: bumi aksara. 2010.
Guntara, deri.“Membaca Sastra.” http://drguntara.blogspot.com/2012/01/membaca-sastra.html.Diakses pada tanggal
Lis setyawati.“Pengertian Membaca
Sastra.” http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pisa4449/pengertian_membaca_sastramembaca.htm
.diaksespada
tanggal 12 Mei 2012. jam 15:51.
Rusyana.Bahasa
dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro. 1984.
Tarigan, Djago. Dkk. Pendidikan
Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. 2005.
Tarigan,
H., G. Dasar-Dasar Psikosastra.
Bandung: Angkasa. 1995.
Wahyudi Siswanto.
Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo. 2008.
[1]
Tarigan, djago, dkk, Pendidikan Keterampilan Berbahasa,( Jakarta:
Universitas Terbuka, 2005) h.103
[2]
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (
Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h.25
[3]Lis setyawati, “pengertian membaca
sastra”, http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pisa4449/pengertian_membaca_sastramembaca.htmdiakses pada
tanggal 12 Mei 2012, jam 15:51
[4]
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra, (Jakarta:
Pustaka Jaya, 1984) h.49
[5]ibid
[6]
Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Pt. Grasindo, 2008), h. 181
[7]
Anonim, “Pendekatan dalam Penelitian Sastra”, http://massofa.wordpress.com/2011/10/18/pendekatan-dalam-penelitian-sastra/,
diunduh pada tanggal 20 Mei 2012, jam 19:48
[8]
ibid
[9]
Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Pt. Grasindo, 2008), h. 183
[10] Anonim, “Pendekatan dalam Penelitian Sastra”,
http://massofa.wordpress.com/2011/10/18/pendekatan-dalam-penelitian-sastra/,
diunduh pada tanggal 20 mei 2012, jam 19:48
[11]loc.cit
[12]
Anonim, “Pendekatan dalam Penelitian Sastra”, http://massofa.wordpress.com/2011/10/18/pendekatan-dalam-penelitian-sastra/,
diunduh pada tanggal 20 mei 2012, jam 19:48
[13]
Guntara, deri, “Membaca Sastra,” http://drguntara.blogspot.com/2012/01/membaca-sastra.html,
diunduh pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 09:11
[14]ibid
Komentar